CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART3

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART3

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART3, Hasrat-Bispak45 "Udah, kembali ke kantin dahulu Fi", kata sang cebol sekalian mengelap penisnya yang benar belepotan sperma berbaur cairan cinta Cie Fifi itu dengan memakai celana dalam Cie Fifi.

Cie Fifi tidak bereaksi, dia cuma diam dan pejamkan matanya. Sang cebol kenakan celana dalam serta celana panjangnya, lalu dia keluar gudang ini.

Tidak lama setalah itu, Cie Fifi pun bangun berdiri, lalu dia keluarkan kantung plastik kecil dari kantong rok busananya. Cie Fifi mengambil celana dalamnya yang basah belepotan sperma sang cebol barusan, lalu masukkan celana dalam itu ke kantung plastik kecil itu.

Kelihatannya Cie Fifi betul-betul mempersiapkan kantung plastik itu untuk menaruh celana dalamnya yang dia ketahui dapat dikotori sang cebol seperti sebelumnya awal kalinya.

"Dasar. Telah orangya cebol, tidak sadar kali jika burungnya itucebol ", gerutu Cie Fifi yang lalu tinggalkan gudang ini.

Ujaran Cie Fifi barusan membuatku termenung. Cuman pendek, soal yang diomelkan Cie Fifi. Apa penis itu lumayan keras?

Ya ampun… kenapa pun saya mesti ingin tahu dengan penis sang cebol???

"Emmkh…", saya mengerang terbendung sewaktu tiba-tiba kurasakan kepalaku diambil di depan sampai penis Dedi bersarang dalam lubang kerongkonganku.

"Elok, marilah tuturnya ingin nyepong. Kapan keluarnya kalaupun dari barusan sekedar kamu emut saja?", bertanya Dedi yang sekarang dengan kejam selalu tekan nekan kepalaku sampai parasku tenggelam di muka selangkangannya, serta penis Dedi itu semakin menganiaya lubang kerongkonganku.

"Mmmhh…", saya cepat cepat mengulum dan permainkan lidahku di penis Dedi, agar dia tak melanjutkan siksaannya padaku.

"Nah… begitu cantik… marilah terusin… sssh… ooh…", kata Dedi yang sekarang mendesah dan mengaduh kenikmatan nikmati service oralku.

Ke-2  tangan Dedi membelai rambutku secara halus pada saat saya terus usaha bikin penis Dedi berejakulasi. Kadang-kadang saya memandang nakal di Dedi, biar dia tambah terangsang sampai pekerjaanku bakal tuntas bisa lebih cepat.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART3

"Mmmhh…?", saya gak dapat berbicara, cuman dapat mengguman gak terang sewaktu kurasakan sepasang tangan meremas ke-2  bongkahan bokongku.

Ke-2  tangan Dedi masih membelai rambutku. Barusan itu telah tak ada siapa siapa kembali sewaktu saya melanjutkan service oralku. Lantas ke-2  tangan yang meremasi bokongku itu punya siapa?

"Halo Eliza… kembali asyik nih? Saya ikut-ikutan ya", kudengar suara yang cukup kukenal dari belakangku.

Hatiku seperti kesiram air es. Sejak mulai kapan Pandu telah ada di sini? Kenapa barusan saya tidak memandangnya?

"Mamamm…", saya ingin larang Pandu, tetapi sekarang mulutku tersumpal penis Dedi sampai saya tidak dapat berbicara dengan terang.

Telat, Pandu udah membeberkan rok seragam sekolahku, dan saya telah pasrah tunggu hukuman yang bisa dikasihkan Dedi bila dia melihatku pakai celana dalam ini.

"Eh Pan Pan… gak bisa… saya dahulu donk! Elo ini dahulu", sergah Dedi lalu menarik terlepas penisnya dari mulutku.

"Iya iya…", gerutu Pandu lalu tukar status dengan Dedi.

Saya diam dengan jantung yang berdetak kian cepat. Dua pelajar busuk ini dapat selekasnya melumatku di gudang ini, tetapi yang sangat kutakutkan yakni Dedi. Kehadiran Pandu ini menghancurkan seluruhnya rencanaku. Sebaiknya barusan itu saya berhasil lolos dari gudang ini tak mesti ngeseks dengan Dedi, tapi…

Tiada waktu untukku untuk pikir atau berleha leha. Tau-tau badanku telah diambil berdiri oleh mereka berdua, lalu ke-2  kakiku yang direntangkan lumayan lebar. Setelah itu dengan peringkat ke-2 kakiku yang selalu semacam itu, tubuhku direbahkan di depan. Pandu telah mengacung penisnya yang rupanya sudah ereksi itu di muka parasku, meminta service oralku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Dengan geram saya mengulum penis Pandu, dan saya keluarkan semua tehnik oralku biar Pandu cepat capai pucuk dan kedepannya dia tak turut nikmati lubang vaginaku sesudah Dedi usai nikmati badanku. Sedangkan kurasakan celana dalamku didesak pencet oleh jemari tangan Dedi, benar di sisi bibir vaginaku. Dedi sudah ketahui. Saya pejamkan mata serta pasrah terima nasibku.

"Lho cantik… siapakah yang suruh kamu gunakan? Ooo… maka dari itu kamu barusan nawarin ngemut kontolku, sebab kamu masih ingat kan apa yang dahulu saya katakan kan?", bertanya Dedi dengan 1/2 mendamprat.

Saya tidak berani menjawab, gak berani melihat. Ingin rasanya saya menangis, tetapi saya tidak mau kelak kawan temanku terpenting Jenny jadi menanyakan bertanya kalaupun kelak mataku kelihatan sembab.

Saya cuma dapat pasrah serta terus mengoral penis Pandu, sekalian menanti hukuman yang bakal diberi Dedi padaku.

"Mmmkh…", saya mengesah terhenti di saat kurasakan jemari tangan Dedi menerobos masuk ke lubang vaginaku masih yang tertutup celana dalam ini.

Jemari tangan itu bergerak gerak dalam sana, memunculkan kesan yang aneh waktu saya sadari celana dalamku mengorek ngorek dinding lubang vaginaku. Saya mengesah dan selalu mendesah ketahan, tetapi saya gak lupa jika saya harus memaksakan penis Pandu yang ada dalam mulutku ini selekasnya berejakulasi.

"Mmmh… aaahh…", saya gak kuat kembali, saya mendesah dan meronta kesakitan waktu saya rasakan pedih di vaginaku, sampai penis Pandu lepas dari kulumanku.

"Nikmat kan Elok?", ledek Dedi di saat saya menengok ke belakang untuk lihat apa yang sudah dilakukan Dedi.

Saya lihat sisi bawah celana dalamku digeret ke atas. Ternyata itu bikin sisi depan celana dalamku ini terlipat, dan menggesek masuk ke bibir vaginaku. Saya memandang Dedi dengan memelas, meminta belas kasihannya buat menyudahi semuanya ini.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D


Namun Dedi betul-betul mau menghukumku. Celana dalamku ini tarik ke atas dan kebawah sampai kesan yang menimpa bibir vaginaku ini semakin jadi siap.  Di antara pedih dan nikmat.

"Aduuh… sakit Deed…", saya mulai merengek-rengek, tetapi Dedi cuman ketawa tawa.

"Telah, gak boleh ngoceh lagi! Teruskan!", tau-tau Pandu memutar kepalaku sampai mukaku kembali menghadap penisnya, serta Pandu selekasnya menjejali penisnya itu ke mulutku.

"Mmmph…", saya mengerang terbendung, tetapi sekarang saya gak punyai alternatif lain, saya harus menyambung service oralku buat penis Pandu.

Di belakangku, Dedi ternyata telah tidak sabar buat nikmati badanku. Saya merasai sisi bawah celana dalamku disingkap, serta suatu benda topangl, hangat serta lumayan besar, yang tentu kepala penis Dedi itu, sekarang melekat dan memojokkan bibir vaginaku.

Badanku melafalkanng sekejap di saat penis Dedi memisah lubang vaginaku serta lagi melesak masuk. Saya pejamkan mata menghentikan sakit, serta selanjutnya saya selalu usaha menambahkan service oralku buat penis Pandu saat lagi Dedi mulai memompa lubang vaginaku.

Sekali ini Dedi perlakukanku dengan sedikit kasar. Dia menggenggam pinggulku, menarik badanku ke arahnya tiap-tiap dia menyikatkan penisnya, sampai penisnya berasa menusuk demikian pada dalam lubang vaginaku. Sekian kali saya melenguh terhenti, dan saya mulai tidak dapat fokus untuk mengoral penis Pandu.

Menyebabkan saya mesti tambah menanggung derita waktu Pandu menggenggam sisi belakang kepalaku sampai mukaku melekat di muka selangkangannya. Saya harus berusaha mencegah mual karena berbau apek yang menimpa hidungku, pula saya harus mencegah terasa sakit bergabung nikmat di lubang vaginaku yang dipompa habis habisan oleh Dedi.

Sekarang saya cuma mengharapkan pengidapanku ini selekasnya selesai. Saya pun mengharapkan busana seragam sekolahku ini tak lecek serta basah oleh keringatku sesudah saya tuntas disetubuhi oleh dua begundal ini. Sesudah saya kumpulkan seluruh tenagaku, saya melingkarkan ke-2  tanganku ke belakang bokong Pandu, lalu saya mengisap dan mengisap penis Pandu kuat kuat.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART3

"Oooh…", Pandu mulai melolong dan kurasakan dia akan membebaskan penisnya dari gempuranku, barangkali dia tidak dapat mengendalikan keasyikan service oralku.

Namun saya gak pengen melepasnya, saya mesti membuat cepat berejakulasi. Dengan ke-2  tanganku yang kugunakan untuk mengendalikan badan Pandu, penis itu kujilat memutar, lalu kepala penis itu kucucup kuat kuat dan sesaat selanjutnya penis itu kembali kucelupkan dalam kuluman mulutku. Semuanya kulakukan di tengahnya gencarnya sikatan penis Dedi pada lubang vaginaku.

"Aahh… lezatnya seponganmu Elizaa…", erang Pandu kenikmatan saat kurasakan cairan sperma Pandu menyemprotkan, penuhi rongga mulutku.

Selanjutnya bajingan tengik ini keluar juga.  Saya menelan semuanya cairan di mulutku ini, tetapi saya tidak pengen Pandu berhasil lolos demikian saja. Dia telah menghancurkan rencanaku tadi semestinya telah sukses. Saya benar-benar jengkel kepadanya.

Saya terkenang bagaimana saya bersama Jenny, Sherly dan Cie Stefanny tempo hari sukses kalahkan tiga pejantan di rumahku, dan kupikir saya barangkali dapat memanfaatkan trik yang serupa untuk mengeluarkan frustasiku di Pandu. Saya lagi mengisap penis dalam mulutku ini walau penis itu telah melunak benyek.

"Ooh… sudaah… ampuun…", Pandu melolong lolong gak kuat terima gempuranku, tetapi saya belum pula tuntas dengannya.

Saya lagi mengisap serta menghirup penis Pandu, hingga kemudian dia menguik nguik seperti mau disembelih saja. Pada akhirnya saya hentikan kulumanku pada penis Pandu, serta di saat saya melepas tanganku, Pandu langsung tumbang lemas, sama dengan nasib banyak pejantan di rumahku yang tergelintang sesudah saya dan beberapa pujaan hatiku balik menyetubuhi mereka.

"Oooh… kamu nyata-nyata pelacur, Cantik… ooooh…", Dedi meracau dan menusukkan penisnya dalam dalam lubang vaginaku.

Dadaku ibaratnya dapat meletus saat saya dengar penghinaan Dedi barusan. Sesudah Dedi usai menyiraminya spermanya dalam lubang vaginaku, saya selekasnya berdiri, balik tubuh, dan sekali ini saya menampar Dedi.

‘plaak… plaak…', kedua kalinya saya menampar pipi Dedi, keras sekali.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Dedi kagum menatapku seperti gak sangat percaya dengan yang barusan terjadi.

"Brengsek, kamu tetap bisa bisanya mengejek saya", desisku dengan suara gemetaran sangking berangnya.

Situasi di gudang jadi sepi. Deru detak jantungku dapat kudengar dengan terang. Saya menggigit bibir menghentikan tangis. Saya benar-benar sakit hati waktu Dedi menyebutku pelacur.

Tanpa pedulikan mereka kembali, saya lekas keluar gudang ini. Tetapi saya sadar kalau saya harus beres-beres diriku di toilet, sekalian minimal saya mesti bersihkan tersisa sperma Dedi yang menetes dari bibir vaginaku.

Di toilet, saya lekas membawa rok seragam sekolahku, serta saya ambil tissue yang ada buat mengelap lelehan sperma di sekeliling pangkal pahaku. Sejumlah tissue kuambil serta kuselipkan di sisi dalam celana dalamku yang sedikit basah, supaya dapat memudahkan rasa gak nyaman di selangkanganku.

Serta sekali ini saya sudah tidak kuat kembali, saya menangis tersedu-sedu. Kenapa saya mesti terima ejekan sebagai berikut? Dengan berurai air mata, saya mengatur rambutku di muka cermin, lalu saya menyusuti air mataku dengan tissue. Untung make-up tipis pada parasku tidaklah sampai hancur karena air mataku.

‘kriiing…', bel pertanda jam pelajaran ganti udah keluarkan bunyi.

Saya cepat keluar toilet serta saya sedikit lari ke kelasku. Diperjalanan saya memandang pak Totok yang anyar keluar kelasku, serta aku segera menjumpainya.

"Selamat siang pak. Maaf saya barusan tau-tau sakit di perut, jadi gak dapat turut pelajaran pak Totok", saya menegur pak Totok sekalian sampaikan argumen kenapa saya barusan tak dapat ada dalam kelas.

"Selamat siang Eliza. Ya, tidak apa apa. Kelak kamu dapat pinjam catatan temanmu, tak ada quiz atau ulangan tiba-tiba ini hari. Eh… Eliza? Kamu habis menangis? Ya ampun… barusan perutmu jelas sakit sekali ya? Saat ini kamu masih sakit? Kalaupun masih sakit kamu dapat istirahat di ruangan UKS", kata pak Totok.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART3

‘Uh… UKS? Gak deh… saya tak mau terkena malapetaka buat ke-2  kalinya di sekolah hari ini', pikirku dalam hati.

"Gak mesti pak, Eliza udah tambah enak. Terima kasih pak, saya kembali lagi ke kelas dahulu", jawabku sekaligus pamit pada pak Totok.

"Baik, silahkan Eliza. Selamat siang", kata pak Totok.

"Selamat siang pak", kataku dengan lega, dan saya selekasnya kembali ke arah ke kelas untuk mengikut jam pelajaran paling akhir.

IV. Suatu Janji Yang Memuaskan

"Sayang… kamu mengapa kok lama sekali di WC? Saya telah nyaris susul kamu lho…", bertanya Jenny sewaktu saya udah duduk di sampingnya.

"Tadi… saya setelah sakit di perut Jen", jawabku perlahan.

"Eh…? Mengapa kamu sayang? Kamu sesudah nangis ya?", bertanya Jenny kembali dengan was-was.

"Iya, barusan perutku tiba-tiba sakit sekali, saya gak kuat metahan sakitnya, jadi saya hingga nangis. Tetapi saya telah tambah enak kok saat ini Jen", saya tidak jujur biar Jenny stop mengkhawatirkanku

"Saat ini perutmu telah tidak sakit?", bertanya Jenny kembali dengan kasihan.

Saya geleng-geleng kurang kuat sembari usaha tersenyum di Jenny.

Sebetulnya saya terasa sedikit tidak sedap lantaran saya mesti tidak jujur di Jenny yang demikian mencermati serta mencintaiku. Perasaan salah ini sedikit mengacauku, meskipun saya tahu ini ialah yang terunggul, dibanding ada yang dengerin percakapan kami saat saya mengakui apa yang sebetulnya berlangsung padaku pada saat saya ada pada toilet, ataupun lebih persisnya di gudang barusan.

Tetapi tidak lama setalah itu Jenny udah kembali repot merayu serta mengejekku masalah Andy. Ditambah lagi waktu jam paling akhir ini hari guru yang selayaknya mengajarkan di kelas kami tak masuk, maka dari itu kami bebas belajar sendiri. Jenny kian bergairah menarikku, serta saya udah habis akal untuk membalasnya ledekan Jenny, sampai saya cuma dapat tersenyum malu.

Serta pada saat saya gak tahu mesti melakukan hal apa, tiba-tiba saya melamunkan Andy.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Apa ya yang kurang lebih lagi dikerjakan Andy? Apa yang lebih kurang berada pada ingatan Andy saat ini? Apa dia pikirkanku? Tiba-tiba saya udah terasa kangen pada Andy.

"Duh… bidadari yang ini kembali jatuh hati deh… sampai sampai saya tidak dirasa kembali", keluh Jenny.

"Siapa sich…", saya kembali lagi coba menghindari.

"Begitu ya? Bila gitu… kelak saya bilangin ke Andy ah…", kata Jenny sembari lihat ke atas.

"Jeen… apaan sich… memang kamu pengin katakan apa ke Andy?", saya merengek-rengek.

"Mmm… saya pengin omong apa ya… saya pengen omong, jika Eliza gak sukai dengan dia", Jenny menjawab dengan jenis cuek bebek sekalian mulai membungkusi buku bukunya ke tas sekolahnya, lantaran bel pulang sekolah betul-betul baru-baru ini keluarkan bunyi.

"Jeen… gak boleh getho dong… aku…", saya mulai kuatir kalaupun kalau Jenny bersungguh-sungguh lewat kata tuturnya, serta saya serta selalu merengek-rengek.

"Kalaupun begitu kamu gak boleh mengelit selalu sayang, ngaku saja dech!", Jenny kembali memikatku.

"Aku…", saya gak dapat berbicara apa apalagi serta parasku rasanya panas sekali.

Jenny menatapku dengan senyuman jail. Saya cuma dapat tersenyum malu sekalian merapikan semua buku dan alat tulisku ke tas sekolahku. Sehabis doa pulang, saya dan Jenny siap-siap keluar kelas di saat Sherly tiba-tiba tampak di muka pintu kelasku.

"Duh…", saya berniat mengeluhkan sewaktu saya memandang Sherly tersenyum senyuman.

"Mengapa sayang?", bertanya Sherly yang dekatiku.

"Kalian ini ingin hingga kapan sich baru bahagia nggodain saya?", tanyaku dengan memelas.

"Hingga kamu jadian sama Andy, dan nraktir kita kita", kata Jenny dan Sherly nyaris berbareng dan mereka ketawa suka.

"Ssstt!! Apaan sich? Jika yang lainnya dengar bagaimana coba!", saya bersungut-sungut dengan kuatir.

"Maka dari itu tak boleh ngelamun saja sayang… review donk di sini telah tinggal kita bertiga saja", kata Jenny sembari merengkuhku.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART3

Saya menyaksikan ke sekitarku, rupanya benar-benar kelasku ini telah kosong selainnya kami bertiga. Namun tetap saya khawatir kalaupun ada yang dengar kalimat mereka barusan perihal saya jadian sama Andy. Saya tidak pengin Andy dengar gosip yang tidak tidak, saya tidak mau hubunganku dengan Andy yang barusan mulai bersemi ini jadi hancur.

"Yok, kita temani kamu hingga sampai ke mobilmu ya", kata Sherly lalu merengkuh tanganku.

"Namun, saya pengin mencari minuman dahulu, saya haus nih. Kalian lebih dulu saja dech", saya coba berikan argumen untuk pisah pada mereka, biar saya tidak tiada henti menjadi bahan ledekkan mereka.

"Ya tidak apa apa, bertepatan saya pun haus. Saya temani kamu ke kantin dech sayang", kata Jenny.

"Saya  haus kok. Ya telah kita ke kantin dahulu saja", kata Sherly yang saat ini udah tarik tanganku.

Saya telah tak miliki argumen kembali, karena itu saya menurut saja didampingi mereka berdua ke kantin. Sudah pasti ledekan mereka padaku kembali bersambung, serta saya cuma dapat tersenyum malu.

Hingga sampai di kantin, hatiku jadi geli sewaktu saya memandang sang cebol. Saya terlintas perbuatan kejinya di gudang barusan pada Cie Fifi.

Tapi saya usaha berlaku biasa. Ditambah lagi Cie Fifi telah menegur kami serta bertanya apa yang kami pesan. Sesudah kami bertiga tuntas minum, kami lekas bayar pesanan kami serta mohon pamit pada Cie Fifi.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama