CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART2

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART2

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART2, Hasrat-Bispak45 Kami kembali arah, dan mereka berdua temaniku kembali pada kelas. Serta ke-2  pujaan hatiku ini gak jenuh suntuknya merayu serta mengejekku terkait Andy. Saya kembali lagi tidak dapat membalasnya, cuma tersenyum malu dan pasrah terima semuanya ini. Saya cuman dapat mengharapkan kami selekasnya hingga ke kelasku. Namun waktu kami sampai di muka pintu kelas, tau-tau saya berasa mau buang air kecil.

"Sher… kamu kembali ke kelas saja dahulu. Jen, saya ingin ke toilet, kelak jika ditanyan pak Totok tolong bilangin saya masih ke toilet dahulu ya", saya menitip pesan di Jenny.

"Eliza… saya temanin kamu ya…", Jenny merengek-rengek.

"Eh… gak mesti ah… sekejap saja kok", kataku sembari ketawa geli.

"Ya telah dech, tak boleh lama-kelamaan ya sayang… Sher, saya masuk dahulu, bye bye…", kata Jenny lalu sama sama melambai-lambaikan tangan dengan Sherly, lalu masuk ke kelas.

Sherly sendiri selalu merengkuh tanganku. Sebetulnya saya sedikit risi digandeng oleh Sherly dengan mesra seperti berikut, tetapi saya menurut saja sembari mengharap dalam hati mudah-mudahan tidak ada yang syak wasangka menyaksikan kemesraan Sherly padaku yang sedikit di luar batasan ini.

Pada akhirnya kami sampai di muka pintu kelasnya Sherly, serta saya menanti Sherly melepas gandengan pada tanganku.

"Sudah dahulu ya Sher, saya ke toilet dahulu", kataku sembari tersenyum di Sherly.

"Eliza… saya temani kamu ya…", bisik Sherly di telingaku.

"Ih kamu kok jadi seperti Jenny sich?… Tidak mesti dech, saya kan hanya sesaat", jawabku dengan berbisik juga, serta kembali lagi saya ketawa geli.

"Iya dech, hingga kelak ya Eliza", kata Sherly dengan tipe sedih, namun dia lambaikan tangannya.

"Iya, hingga sampai kelak", saya menjawab sembari mengangkat tanganku pula, lalu saya lekas ketujuan toilet.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART2

Di saat saya bakal masuk, saya berpapasan dengan Vera yang baru keluar toilet. Kami sempat sama-sama sapa, dan diam diam saya terasa terheran, kenapa barusan Vera tersenyum aneh sesuai itu sewaktu dia melihatku.

Entahlah, lalu saya selalu masuk ke toilet wanita ini, serta dengan asal-asalan saya pilih satu diantaranya dari 6 kamar kecil yang berada pada dalam sini. Sehabis saya usai buang air kecil serta membereskan pakaian dan rok seragamku, saya lekas keluar buat balik ke kelasku.

"Emmphh…", saya menjerit terbendung saat tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan mulutku.

Belum saya bereaksi, sebuah tangan yang lainnya melingkar di muka dadaku dan menarikku ke belakang, dalam pelukan pemilik ke-2  tangan ini.

Saya meronta dengan hati takut, tetapi pelukan ini terlampau kuat, sampai tiada perlawanan yang bermakna, saya telah terbawa masuk ke gudang yang berada di samping toilet, tempat di mana Vera tidak tahu dicabuli atau tengan layani Dedi dan Pandu 2 hari lalu.

Penculikku ini selalu menggeretku ke ujung tempat ini, sampai kami ada pada balik timbunan meja serta bangku tua. Tanpa melepaskan bekapan tangannya di mulutku, dia tekan bahuku sampai saya berjongkok, dan tidak berapa lama kemudian penculikku ini duduk dari sisi kananku, lalu dia memangku badanku di atas pahanya.

"Eliza… kamu tidak boleh ribut! Selekasnya ada tontonan yang memikat", bisik penculik ini pada telinga kiriku.

Nada ini membuatku takut lantaran saya tahu ini nada Dedi. Saya tercenung sebentar, lalu saya menggangguk perlahan. Lebih bagus saya menurutinya, lantaran jika saya mengundang kericuhan, lalu banyak yang mengetahui saya di gudang ini tengah berduaan dengan Dedi, apa saja faktanya namaku pasti remuk.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Bekapan di mulutku dilepaskan, dan saya diam saja tiada usaha lihat ke Dedi. Di gudang ini tidak tahu bakal ada tontonan apa, namun seusai tontonan itu usai, saya takut Dedi gak akan membiarkanku pergi demikian saja saat sebelum memaksakan saya layani hasrat birahinya di gudang ini.

Saya tengah tidak suasana hati untuk ngeseks kini. Diam diam saya memikir bagaimana biar ini hari saya tak mesti mengikhlaskan lubang vaginaku ditembusi tangkai penis lelaki keji ini. Barangkali saya dapat coba menjajakan service oral dengan argumen saya tidak ingin ketauan pihak lain karena saya mendesah, atau saya takut ditanyakan guru di kelasku sebab saya kelamaan ada di toilet.

Dengan demikian mudah-mudahan sang kurang ajar ini terima alasanku serta tak memaksakanku buat ngeseks dengannya. Pada saat saya pikirkan adakah argumen yang lebih baik, tiba-tiba kurasakan Dedi menggandeng lenganku, dan saya arahkan penglihatan mataku mengarah yang dipilih oleh jemari telunjuk Dedi.

Saya termangu lihat masuknya seorang cebol yang kukenali menjadi pelayan salah satunya stan di kantin sekolah. Saya gak tahu nama sang cebol ini, namun saya tahu pemilik stan tempat sang cebol ini bekerja yaitu Cie Fifi, seorang wanita yang menurutku wajahnya elok, umurnya sekitaran 29 tahun.

Kehadiran sang cebol ini membuatku sedikit takut. Saya tahu diam diam sang cebol ini senang memandang tajam menuju Jenny, Sherly, saya, serta siswi lain yang tengah makan di kantin. Tidak tahu apa yang dikehendaki Dedi dengan menarikku ke gudang ini saat lagi ia mengetahui sang cebol ini dapat masuk ke sini.

Sang cebol duduk dengan sesenang hati di bangku yang ada pada tengah area ini. Saya tidak mengetahui apa yang dikerjakan, apa tunggu seorang, atau dia berencana suatu hal yang lainnya.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

Tau-tau pintu gudang ini terbuka kembali, dan saya tercenung memandang kehadiran Cie Fifi yang masuk dengan raut paras dongkol. Tetapi anehnya Cie Fifi jadi mendekati sang cebol yang tengah tersenyum senyuman menjijikan.

"Halo Fifi sayang", sapa sang cebol, sementara Cie Fifi cuma diam gak menjawab.

Tidak lama kemudian sang cebol berdiri, dan seterusnya jantungku berdebar-debar kuat menyaksikan suatu panorama erotis yang mengagetkan terhidang di hadapanku.

Sang cebol menyelinap masuk ke rok Cie Fifi yang cuman diam saja. Kepala sang cebol yang saat ini ada pada dalam rok Cie Fifi, benar di muka pangkal paha Cie Fifi membikin sisi depan rok itu menyembul.

"Sshh…", Cie Fifi mendesah sembari pejamkan mata serta menggigit bibirnya sendiri.

Saya lagi mencermati sisi yang menyembul dari rok Cie Fifi yang pasti ialah kepala sang cebol itu bergerak gerak, membikin nafsuku perlahan-lahan bangun, serta saya harus usaha atur napasku yang mulai mengincar.

"Mengapa elok? Kamu ingin digituin seperti Cik Fifi? Kok kamu ikut juga turut gigit bibir?", tau-tau kudengar bisikan Dedi.

Mukaku berasa panas, saya baru sadar bila nyatanya saya pula menggigit bibirku sendiri. Saya memandang Dedi dengan geram. Namun tentunya saya tidak dapat lakukan perbuatan beberapa macam ketimbang nasibku justru jadi lebih jelek. Saya gak tahu apa yang bisa berlangsung padaku kalaupun saya membikin kericuhan yang menimbulkan sang cebol ini tahu saya ada pada sini.

Dedi cuman tersenyum senyuman, sama memuakkannya dengan senyum sang cebol barusan. Serta saya tidak dapat banyak berbuat waktu Dedi yang memangku badanku ini merengkuhku dari belakang serta memulai memikatku.

Dengan ke-2  tangannya yang mengitari badanku dari belakang ini, Dedi mulai meremasi ke-2  payudaraku, kadangkala halus, terkadang kasar, yang nyata tingkah Dedi ini membuatku resah serta jantungku berdegap makin cepat.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART2

Saya tidak berani menangkis lantaran saya takut tepisanku  menyebabkan suara yang bisa jadi kedengar oleh sang cebol itu atau Cie Fifi. Saya cuma dapat usaha menggenggam ke-2  pergelangan tangan Dedi yang semakin besar dari ke-2  pergelangan tanganku ini, serta saya coba tarik tangan Dedi ke bawah untuk bebaskan ke-2  payudaraku dari remasan remasan kurang ajar ini.

Tetapi tangan Dedi terlampau kuat untukku buat kusingkirkan demikian saja. Saya menggelinjang kurang kuat, fokusku buat lihat fragmen erotis di hadapanku ini mulai bubar lantaran saya sendiri mulai terangsang karena tingkah Dedi yang meremas ke-2  payudaraku.

"Ded… hentikan…", bisikku dengan ketus.

"Ssst!", Dedi menyuruhku diam, namun kurang ajarnya ke-2  tangan Dedi itu menempel kuat dan terus meremasi ke-2  payudaraku.

Sadar bakal peluang Cie Fifi dengar suaraku barusan, saya lihat menuju Cie Fifi. Rupanya dia tengah pejamkan mata dan mendesah tidak karuan sembari memegang sembulan di bagian depan rok yang dikenainya, yang nyata ialah kepala sang cebol.

Biarpun jantungku berdegap kuat memandang itu seluruh, terasa sakit pada ke-2  payudaraku membuatku kembali mengulet, serta saya coba menghindari payudaraku dari remasan remasan nakal ini. Tetapi dimanapun saya bergerak, telapak tangan Dedi terus menempel kuat dan lagi memberi remasan pada ke-2  payudaraku.

Pikiranku mulai kacau-balau serta napasku mulai berasa sesak. Perlahan-lahan tetapi nyata, saya mulai teraniaya karena rasa panas yang mulai menjalari badanku ini.

Selanjutnya saya pilih stop menggerak-gerakkan badanku, namun saya coba menggenggam serta menarik ke-2  telapak tangan Dedi yang repot mainkan ke-2  payudaraku ini. Saya sadar tenagaku tidak bakal ada berarti buat Dedi, tetapi saya gak pengen berserah demikian saja.

"Mhhh…", saya dengar rintihan Cie Fifi.

Perhatianku kembali tertuju di bab erotis di depanku. Tidak tahu mulai sejak kapan, saya menyaksikan satu helai celana dalam yang terkapar di dekat kaki Cie Fifi.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Itu nyata celana dalam Cie Fifi yang diambil terlepas oleh sang cebol. Dan Cie Fifi yang sekarang sedikit membungkuk, mendesah dan mengerang dengan paras seperti mengendalikan sakit saat sang cebol repot di rok Cie Fifi.

Saya pejamkan mataku, memikirkan dalam rok Cie Fifi itu tidak ada lembar celana dalam yang membuat perlindungan vagina Cie Fifi. Serta sekarang sang cebol itu tidak tahu sedang menjilat-jilati bibir vagina Cie Fifi, menyeruput serta memagut bibir vagina Cie Fifi, atau tengah menarik serta mengeduk lubang vagina Cie Fifi dengan lidahnya, atau bisa saja dengan jarinya.

Rasa panas yang menjalari badanku ini lebih jadi selesai.  Saya sangat terangsang, tidak tahu lantaran remasan nakal yang telah dilakukan Dedi pada ke-2  payudaraku, atau lantaran pikiranku yang melayang-layang mengayalkan apa yang terjadi di rok Cie Fifi itu.

Dan badanku menggigil waktu saya hampir tidak dapat mencegah diriku untuk mengesah karena Dedi mencium tengkuk leherku, dan situasi jadi lebih sukar buatku di saat saya rasakan jilatan Dedi di tengkuk leherku ini.

IV. Akhir Penderitaan Cie Fifi, Awal mula Deritaku

"Saya pula baru tahu kurang lebih dua pekan yang lalu, kalaupun bu Fifi itu bisa pula digunakan seperti kamu", bisik Dedi di telingaku.

Pengin rasanya saya menampar Dedi karena ucap-ucapannya yang sangat kurang ajar itu. Tetapi saya gak berani mengerjakannya, selain saya takut kehadiranku di sini kedapatan oleh Cie Fifi serta terpenting sang cebol, saya gak pengin terima balasan yang aneh aneh dari Dedi serta membikin nasibku makin jelek.

Karenanya saya cuma dapat memandang Dedi dengan geram, tetapi bibirku justru dipagut oleh Dedi. Saya pejamkan mataku serta mencegah rintihanku. Saya cuma dapat pasrah melepaskan Dedi melumat bibirku hingga ia senang.

Tetapi saat napasku nyaris habis, saya meronta sampai bibirku lepas dari pagutan Dedi, serta saya cepat usaha atur napasku sepelan barangkali biar dengusan napasku ini gak hingga kedengar Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART2

"Nungging di sono, Fifi", tiba-tiba kudengar suara sang cebol, yang tiada malu memerintah Cie Fifi langsung mengatakan nama Cie Fifi demikian saja.

Saya kembali memerhatikan mereka. Telunjuk sang cebol ke arah selembar kardus kusam dari sisi bangku tempat di mana dia menanti Cie Fifi barusan.

"Dasar kurang ajar. Kamu ingat ya! Ini hari udah ke sembilan!", kata Cie Fifi dengan 1/2 menghardik pada sang cebol.

"Iya iya… tinggal 1 kali kembali. Telah cepat nungging", sang cebol menyetujui.

Meski raut paras Cie Fifi kelihatan jengkel, Cie Fifi ikuti perintah sang cebol. Cie Fifi berlutut, lalu menopangkan ke-2  tangannya di lantai. Lalu Cie Fifi merendahkan badannya dan menumpukan kepalanya pada ke-2  tangannya yang saat ini terlipat namun tetap menyangga di lantai.

Tanpa berujar apa manalagi, sang cebol melepaskan celana panjang dan celana dalamnya yang rada kusam. Lantas dia dekati Cie Fifi yang telah menungging itu serta menguak rok Cie Fifi ke atas. Tidak ada perlawanan benar-benar dari Cie Fifi waktu celana dalamnya dilorotkan sang cebol sampai ke lutut.

Sang cebol udah siap-siap buat nikmati badan Cie Fifi. Dia berdiri ada di belakang bokong Cie Fifi, ke-2  kakinya lumayan direntangkan sedikit, dan sejenak kemudian…

"Engghh…", Cie Fifi melenguh.

Kusaksikan badan sang cebol telah memulai bergerak mundur-maju disertai desahan dan rintihan Cie Fifi. Entahlah semenjak kapan Cie Fifi jadi budak sex sang cebol ini, tetapi jika sudah kali ke sembilan seperti kata Cie Fifi barusan, saya tidak begitu bingung lihat sikap sang cebol yang berani dan semaunya seperti barusan.

Saya tidak mengira Cie Fifi yang setiap hari kelihatan demikian ramah serta enerjik, nyatanya menyimpan problem yang gak berbeda jauh denganku. Saya berasa sedih pada Cie Fifi biarpun dari penuturan mereka barusan, barangkali Cie Fifi tinggal 1 kali kembali mengikhlaskan badannya dijarah oleh sang cebol itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Tapi sebuah remasan kurang ajar di ke-2  payudaraku ini menyadarkanku bila saat ini nasibku gak lebih bagus dari Cie Fifi.

"Elok, saya horny nih… Habis mereka usai kelak, saya pun pengin sama kamu sayang…", bisik Dedi di telingaku, dan dia lagi meremas remas ke-2  payudaraku denzgan keras.

Saya mengulet kesakitan. Dan kalimat Dedi barusan membuatku tegang. Kelak Dedi bakal memaksakanku ngeseks dengannya. Saya terkenang intimidasi Dedi dalam tempat tambal ban itu, serta hal tersebut membuatku risau sebab sesaat lagi saya akan mendapatkan problem bila Dedi mengenal saya menggunakan celana dalam.

‘Duh… bagaimana ini? Cepat Eliza… berpikiir…', saya berteriak dalam hati.

Saya terlintas mengenai sejumlah argumen yang kupikirkan barusan. Sekarang tinggal bagaimana tekniknya saya meminta agar Dedi pengen dengar alasanku dan tak memaksakanku buat ngeseks dengannya.

"Oooh…", kudengar Cie Fifi mengesah sampai saya kembali memerhatikan Cie Fifi.

Nyatanya sang cebol tengah semangat memaju mundurkan badannya ke selangkangan Cie Fifi. Badan Cie Fifi tergoyang guncang, membuatku sedikit ingin tahu apa penis sang cebol itu lumayan besar. Namun saya kembali menggeliang kesakitan saat Dedi meremas ke-2  payudaraku dengan gaungs.

"Ded, udah… sakit… turunin saya donk", saya berbisik dengan kecewa di Dedi.

"Habis empuk sich", jawab Dedi kurang ajar sembari meremas bongkahan payudaraku 1x kembali, lalu dia menurunkanku dari pangkuannya.

Saya memandang Dedi geram, serta dia cuman tersenyum senyuman, kayaknya dia puas sehabis buat ke-2  payudaraku ini mainannya mulai sejak barusan.

Nada rintihan Cie Fifi ditambah lagi dengusan sang cebol, bikin kondisi di gudang ini jadi sedikit ribut, karena itu saya berpikiran ini saat yang cocok untuk sampaikan tujuan dan alasanku pada Dedi tanpa takut kedengar oleh Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MONTOK PART2

"Ded, saya barusan itu sekedar pamit ke WC. Saya oralin kamu saat ini saja ya, ngerinya kelak saya diomelin sama guru bila saya kelamaan di sini.", saya berbisik perlahan sekalian memandang Dedi dan menanggalkan celana panjangnya seperlunya.

Dedi diam, kayaknya dia lagi memikir.

"Ya udah, saat ini saja", jawab Dedi yang dengan berbisik.

Saya lega dengar jawaban Dedi, dan saya selekasnya menurunkan celana dalam Dedi buat cari penisnya. Saya tercenung sementara lihat penis itu udah ereksi, dan waktu saya memegang tangkai penis itu, berasa demikian keras.

"Telah berdiri Cantik… dikarenakan kamu", bisik Dedi dengan berlagak mesra.

Saya sedikit risi pula dengar rayuan porno Dedi. Tetapi saya gak pengen menghabiskan waktu, saya selekasnya mulai menarik penis Dedi, mengocak tangkai penis itu secara lembut.

"Oooh… nikmatnya memekmu Fiii", saya dengar sang cebol mengaduh, dan di saat saya melirik menuju mereka, saya memandang sang cebol tengah menarik penisnya.

Nyatanya sang cebol cepat juga keluar. Bagaimana dengan panjang penisnya? Apa lebih pendek dari beberapa punya beberapa pejantan yang sempat mencabuliku?

Sekarang Cie Fifi terbujur rebah di atas kardus itu. Seingatku, semenjak barusan Cie Fifi cuman mendesah atau mendesah saja, tetapi gak hingga sampai melenguh seperti misalnya wanita yang alami orgasme. Apa lantaran penis sang cebol itu terlampau pendek? Atau mungkinkah penis sang cebol itu pun seperti penis punya wali kelasku, yang benyek dan cepat keluar itu?

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama